Ia seorang wanita Quraisy berkarakter kuat yang ia warisi dari ayahnya yang merupakan seorang pemuka kaumnya. Ayahnya merupakan salah seorang sahabat terbaik, suaminya adalah manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi, ialah Hafsah binti Umar bin Al-Khattab.
Tatkala kaum muslimin mengalami tekanan dari orang kafir di Mekkah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah meninggalkan tanah air menuju Habasya (Etiopia), negri nun jauh di dataran Afrika.Diantara rombongan yang menyambut seruan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhijrah adalah Hafsah binti Umar dan suaminya Khunais bin Hudhafah.
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berhijarah ke Madinah tak ketinggalan Hafsah beserta suaminya turut berhijrah ke Madinah bersama kaum muslimin yang lain. Khunais pun tak pernah ketinggalan mengikuti peperangan bersama Rasulullah, termasuk Badr dan Uhud, namun naas setelah peperangan yang terakhir ia terluka parah yang menjadi penyebab meninggal dunianya dan meninggalkan istrinya yang masih berusia dua puluh tahunan.
Sebagai ayah yang begitu mencintai putrinya tak tega rasanya Umar melihat hafsah menjanda tanpa suami di usia yang relatif muda, maka begitu masa iddahnya habis segera lah ia mencarikan suami untuk putrinya.
Orang yang terpikirkan oleh Umar pertama kali adalah Abu Bakar As-Shiddiq sahabat terbaik dan manusia terbaik setelah para Nabi. Tak masalah bagi Umar walaupun usia Abu Bakar dengan putrinya terlampau jauh karena ia yakin Abu Bakar adalah pilihan terbaiknya.
Namun jawaban yang diterima oleh Umar tidak sesuai dengan harapannya, karena Abu Bakar dengan halus menolak tawarannya. Sedih tentu saja harapan untuk menjodohkan putrinya dengan sahabat terbaiknya tidak tercapai.
Kembali Umar berusaha mencarikan pendamping putrinya, kali ini ia mendatangi Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhuma seorang pemuda yang termasuk pemuka para sahabat yang juga baru saja ditinggal mati oleh istrinya salah seorang putri Rasulullah. Namun lagi-lagi usahanya tidak berhasil, karena Utsman juga tidak menginginkan putrinya.
Dengan perasaan sedih dan gundah, ia mendatangi Rasulullah untuk mengadukan apa yang terjadi pada putrinya yang sedang menjanda karena kematian suaminya tercinta lalu ditolak oleh sahabat-sahabat terbaik.
Mendengar keluh kesah sahabatnya, Nabi pun menghiburnya ” Hafsah akan mendapatkan orang yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman pun mendapatkan orang yang lebih baik dari Hafsah”.
Mendengar jawaban ini Umar menjadi bingung, rasanya tidak mungkin ada orang yang lebih baik dari Abu Bakar dan Utsman. Namun dalam hatinya terbesit sedikit harapan apakah itu berarti Rasululluh manusia yang paling ia cintai di muka bumi melebihi dirinya sendiri yang akan menikahi putri kesayangannya.
Akhirnya kabar gembira itu pun datang, Rasulullah meminang Hafsah untuk menjadi istri ketiga beliau sepeninggal Khadijah. Betapa bahagianya hati Umar, tak mengira orang yang akan menjadi menantunya adalah manusia yang paling dicintainya. Manusia terbaik di alam semesta ini. Dan Utsman pun dinikahkan lagi dengan putri Nabi.
Sebenarnya alasan Abu Bakar dan Utsman menolak putri Umar adalah karena mereka berdua pernah mendengar Rasulullah menyebut Hafsah, sehingga mereka takut hendak melangkahi Rasulullah.
Umar pun mewasiatkan kepada putrinya untuk melayani Rasulullah dengan baik, jangan sampai mengecewakan beliau dan membuat Rasulullah tidak ridha, jangan pula ia bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.( Sumber: gemaislam)
0 Comments
