Binar matanya luruhkan duka cita yang tampak dalam raut wajahnya.
Sinar matanya bangkitkan suka cita yang tertidur lelap dalam jiwa.
Tatap matanya terpancar kasih dan sayang yang tak terhingga.
Hingga membuat siapa saja ingin menetap selamanya.
Sinar matanya bangkitkan suka cita yang tertidur lelap dalam jiwa.
Tatap matanya terpancar kasih dan sayang yang tak terhingga.
Hingga membuat siapa saja ingin menetap selamanya.
BUNDA…
Aku rindu akan belaianmu, sungguh aku merindukannya. Dulu aku benci akan perhatianmu tapi kini aku merindukannya.
Aku rindu akan belaianmu, sungguh aku merindukannya. Dulu aku benci akan perhatianmu tapi kini aku merindukannya.
Bunda…
Kini binar mata tak ada lagi. Yang hanya selembar kertas yang mampu melerai rindu ini. Yang kian hari kian besar, tak sanggup terbendung dalam hati.
Kini binar mata tak ada lagi. Yang hanya selembar kertas yang mampu melerai rindu ini. Yang kian hari kian besar, tak sanggup terbendung dalam hati.
Bunda…
Kini aku duduk sendiri termenung menunggu, entah aku menunggu apa? Yang aku tahu aku merindukan kehadiranmu.
Kini aku duduk sendiri termenung menunggu, entah aku menunggu apa? Yang aku tahu aku merindukan kehadiranmu.
Bunda…
Maafkan aku yang membuat mu kecewa dulu dan kini.
Maafkan aku yang mengecewakanmu dalam setiap langkahku.
Maafkan aku yang tak mampu membanggakanmu. [dry/islampos].
Maafkan aku yang membuat mu kecewa dulu dan kini.
Maafkan aku yang mengecewakanmu dalam setiap langkahku.
Maafkan aku yang tak mampu membanggakanmu. [dry/islampos].