Oleh: Ahmad Naufal Asyraf
IBARAT seorang atlet lari, masa Ramadhan semakin mendekati “finish line“.
Ibarat pertandaingan, kita sudah memasuki babak final! Maka, ia kian
menambah kecepatannya, mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa, demi,
menyabet medali “The Winner.”
Ramadhan adalah sebuah “madrasah.” Di dalamnya terdapat kurikulum.
Ketika seorang santri ingin diwisuda, maka, terlebih dahulu ia harus
mengikuti “seluruh rangkaian dan tahap pendidikan” di madrasahnya,
sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Apa saja kurikulumnya? Berikut
ulasannya:
Pertama; Memperbaharui niat.
Disepuluh hari terakhir ini, tentunya, mari kita memurnikan niat yang
telah keruh oleh peluh. Menguatkannya lagi setelah bergulat selama 20
hari, agar, yang final ini kita lalui dengan totalitas.
Kedua; Ber-i’tikaf di masjid.
Inilah saatnya kita berharap satu malam yang di dalamnya terkandung
“fadhillah” yang menggemukkan kantong pahala kita. Yaitu, siapa yang
beribadah pada malam itu, dari terbenamnya matahari hingga terbitnya
fajar, maka, baginya lebih baik daripada beribadah selama 1000 bulan,
yakni: “Lailatul Qadr.” Adakah di antara ummat Muhammad SAW, yang
mencapai umur 80 tahun? Ada, tapi segelintir. Inilah saat yang tepat
untuk mengalahkan ummat-ummat terdahulu.
Ketiga; Berkonsentrasi terhadap ibadah-ibadah khusus di sepuluh hari terakhir. Apa saja?
- Tilawah Al-Qur’an
Para ulama kita sepakat, bahwa, ibadah yang paling dianjurkan di
dalam bulan Ramadhan adalah “Tilawatil Qur’an.” Karena, memang Al-Qur’an
diturunkan pada bulan ini. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam,
menjelang wafatnya, mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak dua kali. Malaikat
Jibril AS, turun ke bumi dan meminta hafalan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Beliau bertalaqqi kepada malaikat Jibril AS, hingga, kedua lutut mereka bertaut.
Al-Qur’an juga akan datang kepada siapa yang membacanya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang
pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang
rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]
Di syurga, Allah , akan memerintahkan para penghafal Al-Qur’an untuk
membaca hafalannya sebagaimana hafalannya di dunia. Kata Allah, “Iqra’ wartaqi’!” Baca dan naiklah! Sebanyak apa hafalan yang kita baca, maka setinggi itulah kedudukan kita di syurga.
- Perbanyak dzikir dan istighfar.
Ini adalah 10 hari terakhir. Dalam satu riwayat, Allah menyebutnya
sebagai “penghindaran diri dari siksa api neraka,” yang sebelumnya
dikatakan sebagai Rahmad (sepuluh hari pertama) dan Maghfirah (sepuluh
hari kedua). Namun, hadist yang diriwayatkan oleh Al Mahamili dalam
Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (6/512) ini adalah hadist dhaif. Tapi, tidak masalah, karena hadist daif bisa dijadikan motivasi bagi diri kita.
Para sahabat adalah orang-orang yang dosanya sedikit, namun, tetap diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, untuk beristighfar. Apalagi kita yang berlumuran dengan dosa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).
Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).
- Memperbanyak infaq dan sedekah.
Jangan sampai hari-hari yang kita lewati, tidak ada infaq dan sedekah
di dalamnya. Kata Rasulullah, “tidak akan melarat orang yang bersedekah
dengan hartanya.”
Allah , pun menjamin hal tersebut. Allah jamin dalam firman-Nya:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Allah akan mengganti sedekah tersebut segera di dunia. Allah pun akan
memberikan balasan dan ganjaran di akhirat. Insyaallah, jika kita ingin
menabung diakhirat, maka, kita keluarkan harta-harta kita, baik dari
segi zakat, infaq, maupun sedekah.
Kita tahu, bahwa, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam,
adalah orang yang paling dermawan. Dan ketika masuk bulan Ramadhan,
bertambahlah kedermawanannya, bahkan, mengalahkan angin yang berhembus.
- Meraih Lailatul Qadr
Disebutkan dalam sebuah riwayat, “malam itu, turun malaikat (dalam
tafsir Ibnu Katsir disebutkan, malaikat yang Allah turunkan sebanyak
butiran pasir. Sehingga, malam itu penuh dengan malaikat). Mereka turun
untuk mencari siapa yang berharap keberkahan. Ketika mereka bertemu,
mereka ucapkan “salaamun alaikum.” Keselamatan hingga terbit fajar.
Ada do’a yang pernah diajarkan oleh Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, jikalau kita bersua dengan malam kemuliaan tersebut.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ
عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ
قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu
hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya
Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf,
karenanya maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ketika seseorang, bisa memenuhi seluruh kurikulum di atas, maka, ia pantas untuk diwisuda dan mendapatkan gelar taqwa.
Semoga, Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa melakukannya. Dan semoga, kita bisa reuni di syurga Allah . Wallahu ‘alam bis shawwab.*
Sumber: hidayatullah.com